Gosip: Masuk Telinga Kiri, Keluar Telinga Kanan!
Daftar Isi
Berdasarkan penelitian, terbukti urusan gosip ini lebih tinggi pada remaja putri ketimbang remaja putra. Tentu ini bukan berarti menguatkan stereotip bahwa perempuan itu biang gosip.
Bagaimana mengurangi potensi untuk digosipkan? Eko A. Meinarno, SPsi., MSi., dari Fakultas Psikologi UI yang melakukan penelitian tentang gosip bersama Christiany Suwartono dari Unika Atma Jaya Jakarta, memberikan saran-saran ini.
- Hindari gosip yang secara terang-terangan hanya berisikan keburukan orang lain dan tidak terkait dengan upaya pengembangan diri kita ataupun orang yang digosipkan.
- Ini penting karena kita perlu berkembang dari hal-hal yang positif, bukan hal-hal negatif.
Baca Juga : Tips Mengenai Cara Melangsingkan Tubuh
- Jika tak terhindarkan (terlebih pada saat bersosialisasi), jadilah pendengar pasif.
Jika gosip ini penting dan terkait dengan kehidupan Anda, pastikan lakukan cross-check pada sumber info lain. Bukan tak mungkin melakukan konfirmasi langsung pada sumber gosip.
Ingat bahwa gosip cenderung salah akibat pembesar-besaran pada aspek tertentu sehingga melenceng dari informasi sebenarnya. Jadi masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.
- Lagi-lagi jika tak terhindar dari gosip, jadikan gosip justru sebagai umpan balik internal diri.
Bisa jadi apa yang buruk dilakukan seseorang juga dilakukan oleh diri kita sendiri. Fatalnya, belum ada orang yang memberi masukan atas hal itu. Dengan demikian, sebelum penggosip menggosipkan Anda, perbaiki diri untuk mengurangi potensi digosipkan.
- Gunakan energi bergosip untuk kegiatan produktif.
Tak ada salahnya gosip disarikan menjadi sesuatu yang bernilai. Buatlah blog yang isinya refleksi dari gosip yang beredar selama satu bulan. Setahun kemudian Anda akan tahu bahwa ada 12 isu yang beredar dan bisa jadi di antaranya berpotensi untuk pengembangan diri atau kelompok agar lebih baik.Bukankah belajar dari kesalahan adalah baik?